Menjadi Ketua Umum Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas Nusa Putra
Menjadi seorang ketua organisasi non-profit adalah bentuk keikhlasan sistemik, karena sama saja dengan berfilantropi waktu, tenaga, pikiran, dan uang.
Saya ingat hari di mana saya dinyatakan sebagai calon Ketua DPM terpilih Universitas Nusa Putra. Pada saat itu, reporter Jurnalis Nuansa memintaku untuk wawancara. Dalam wawancara itu, ia bertanya: “Langkah apa yang akan Anda ambil untuk membawa DPM menuju arah yang lebih baik?”
Kemudian saya menjawab, “Saya akan merancang dan mengesahkan UUD KBM yang akan saya jadikan sebagai konstitusi tertinggi di Ormawa Universitas Nusa Putra ini.”
Sebelumnya, UUD KBM adalah hal yang sangat tabu. Tidak ada satu pun kelompok tongkrongan di kantin atau kelompok belajar di perpustakaan yang pernah membicarakan soal hal ini.
So, ketika saya selesai diwawancarai dan hasil wawancara itu diterbitkan oleh jurnalis—boom!—semua mahasiswa penggiat organisasi membicarakan itu. Tidak sedikit pula yang bertanya kepada saya tentang UUD KBM ini.
Saya tersenyum tipis sambil menyaksikan dan menyiasati spekulasi yang muncul di kampus terkait UUD KBM ini. Banyak sekali orang yang mencurigai jika saya akan memasukkan kepentingan politik, sehingga mereka kontra terhadap ide dan gagasan tentang perancangan UUD KBM ini.
Namun tak sedikit juga yang mendukung, karena mereka memahami pentingnya konstitusi baru di Ormawa.
Pihak-pihak yang kontra terhadap ide dan gagasan saya terus berusaha menggagalkan Rancangan UUD KBM. Mereka mulai melakukan tindakan persuade terhadap mahasiswa dan organisasi di kampus. Tapi saya dan teman-teman anggota DPM tidak gentar untuk melawan—dan kami selalu melawan dengan intelektualitas.
Sewaktu-waktu saya mengirim surat ajakan diskusi terkait rancangan UUD kepada kelompok ini, tetapi tidak pernah mendapat tanggapan sama sekali.
Pada akhirnya, kami sampai pada tahap sosialisasi Rancangan UUD KBM Universitas Nusa Putra ke seluruh Ormawa. H-1 malamnya, saya dan teman-teman tidak tidur karena harus mengkaji lebih dalam dan mempersiapkan kontra-narasi untuk keesokan harinya, apabila ada yang mengkritisi dari sisi filosofis, ideologis, maupun historis Rancangan UUD KBM setidaknya kami dapat menjelaskan secara lugas.
Forum ini adalah salah satu kenangan paling berkesan buat saya selama menjadi mahasiswa. Banyak sekali perdebatan yang muncul selama forum berlangsung. Walaupun demikian, saya tetap bahagia karena UUD KBM telah sah dan diberlakukan di masa periode saya dan teman-teman.
Komentar
Posting Komentar